Sabtu, 14 April 2012

Berpikir Terbuka Dengan Lingkungan Baru



Pergi ke satu tempat baru dan menetap beberapa waktu untuk menuntut ilmu, bertemu dengan orang-orang baru yang memiliki latar belakang yang berbeda, budaya, agama, bahasa dll. Tidak ada yang bisa menjadi tempat berteduh dan mengadu, datang sendiri, semua harus dilakukan sendiri, semua orang sibuk dengan urusan mereka masing-masing, hanya akan sedikit peduli jika ada imbalan yang diterima. Ingat nasehat orang tua sebelum berangkat “rambut sama hitam, hati tidak sama”, paradigma itu telah tertanam dan selalu ada ketidakpercayaan setiap bertemu dengan orang asing, menghindar, tertutup  dan menjadi individual adalah cara yang paling efektif, begitu sempitnya pikiran saya saat itu.
Hal-hal tersebut tidaklah bertahan lama, seiring berjalannya waktu muncul rasa tidak nyaman dari dalam diri dan hal itu terasa tidak beriringan dengan akal sehat manusia, itu adalah kesalahan dan masalah yang besar dan menuntut saya untuk berpikir. Prinsip bertahan hidup yang salah telah mengacaukan pikiran, bagaimana cara bertahan hidup dan beradaptasi dengan lingkungan sosial itulah yang perlu ditanamkan. Secara bertahap saya merubah cara pandang yang bisa dianggap sesat itu, saya berpikir kenapa harus ada kecurigaan terhadap orang asing yang baru ditemui, dan saya juga adalah orang asing di mata mereka.
Berpikir untuk lebih terbuka dengan lingkungan baru bukanlah hal yang mudah, harus membiasakan diri serta ada dukungan dari lingkungan tempat bergaul, berbagai kegiatan pun saya ikuti, organisasi yang ada di lingkungan kampus maupun orgnisasi atau komunitas di luar kampus, dan itu tidaklah sia-sia, banyak pelajaran yang saya dapat dari apa yang telah saya lakukan, seperti mendapat pemikiran baru tentang lingkungan sosial, lebih bisa mengerti tentang budaya orang lain, bahasa lain dsb.
Pemikiran yang benar akan menghasilkan perbuatan yang benar, sesuai dengan materi Berpikir yang saya dapat dalam pelajaran Psikologi Umum II pemikiran adalah sesuatu kekuatan yang berupaya untuk mencapai suatu ilmu pengetahuan, dan berpikir adalah bekerjanya kekuatan itu dengan bimbingan akal (Qardhawi, 1998). Objek pemikiran adalah segala sesuatu yang bisa digambarkan dalam hati, bukan yang lainnya; dengan kata lain segala sesuatu yang ada  di muka bumi ini, seperti margasatwa, gunung, lembah, bukit, ngarai, sungai, lautan, manusia dan seterusnya adalah objek kajian atau ajang penelitian manusia yang seluas-luasnya.
Paradigma yang salah akan menghasilkan perilaku yang salah pula dan berpikir dengan penalaran dan akal adalah cara yang paling baik untuk mengetahui paradigma kita salah atau benar, terkadang paradigma yang ditanamkan orang terdahulu itu benar, tapi cara kita memahami yang mungkin salah karena tidak memahami bahasa yang disampaikan secara lebih teliti. Berpikir dengan menggunakan logika dan menilai dari berbagai sudut pandang agar bisa menyimpulkan secara lebih objektif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Google
 
Web www.radensetiawan.com