Pergi ke satu
tempat baru dan menetap beberapa waktu untuk menuntut ilmu, bertemu dengan
orang-orang baru yang memiliki latar belakang yang berbeda, budaya, agama,
bahasa dll. Tidak ada yang bisa menjadi tempat berteduh dan mengadu, datang
sendiri, semua harus dilakukan sendiri, semua orang sibuk dengan urusan mereka
masing-masing, hanya akan sedikit peduli jika ada imbalan yang diterima. Ingat
nasehat orang tua sebelum berangkat “rambut sama hitam, hati tidak sama”,
paradigma itu telah tertanam dan selalu ada ketidakpercayaan setiap bertemu
dengan orang asing, menghindar, tertutup dan menjadi individual adalah cara yang paling
efektif, begitu sempitnya pikiran saya saat itu.
Hal-hal tersebut
tidaklah bertahan lama, seiring berjalannya waktu muncul rasa tidak nyaman dari
dalam diri dan hal itu terasa tidak beriringan dengan akal sehat manusia, itu
adalah kesalahan dan masalah yang besar dan menuntut saya untuk berpikir.
Prinsip bertahan hidup yang salah telah mengacaukan pikiran, bagaimana cara
bertahan hidup dan beradaptasi dengan lingkungan sosial itulah yang perlu
ditanamkan. Secara bertahap saya merubah cara pandang yang bisa dianggap sesat
itu, saya berpikir kenapa harus ada kecurigaan terhadap orang asing yang baru
ditemui, dan saya juga adalah orang asing di mata mereka.
Berpikir untuk
lebih terbuka dengan lingkungan baru bukanlah hal yang mudah, harus membiasakan
diri serta ada dukungan dari lingkungan tempat bergaul, berbagai kegiatan pun
saya ikuti, organisasi yang ada di lingkungan kampus maupun orgnisasi atau
komunitas di luar kampus, dan itu tidaklah sia-sia, banyak pelajaran yang saya
dapat dari apa yang telah saya lakukan, seperti mendapat pemikiran baru tentang
lingkungan sosial, lebih bisa mengerti tentang budaya orang lain, bahasa lain
dsb.
Pemikiran yang
benar akan menghasilkan perbuatan yang benar, sesuai dengan materi Berpikir
yang saya dapat dalam pelajaran Psikologi Umum II pemikiran adalah sesuatu
kekuatan yang berupaya untuk mencapai suatu ilmu pengetahuan, dan berpikir
adalah bekerjanya kekuatan itu dengan bimbingan akal (Qardhawi, 1998). Objek
pemikiran adalah segala sesuatu yang bisa digambarkan dalam hati, bukan yang
lainnya; dengan kata lain segala sesuatu yang ada di muka bumi ini, seperti margasatwa, gunung,
lembah, bukit, ngarai, sungai, lautan, manusia dan seterusnya adalah objek
kajian atau ajang penelitian manusia yang seluas-luasnya.
Paradigma yang
salah akan menghasilkan perilaku yang salah pula dan berpikir dengan penalaran
dan akal adalah cara yang paling baik untuk mengetahui paradigma kita salah
atau benar, terkadang paradigma yang ditanamkan orang terdahulu itu benar, tapi
cara kita memahami yang mungkin salah karena tidak memahami bahasa yang
disampaikan secara lebih teliti. Berpikir dengan menggunakan logika dan menilai
dari berbagai sudut pandang agar bisa menyimpulkan secara lebih objektif.